An old man sitting in the corner alone

Kisah seorang nestapa

Seorang pria terduduk lemah di sebuah kursi tua. Dia mencoba menggunakan baju berwarna cerah, meski mulai lusuh, namun wajahnya bahkan lebih muram dari bajunya yang mulai menghitam. Banyaknya keriput di wajahnya menunjukkan semangatnya yang makin sedikit. Sesekali dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, menyembunyikan tangisnya. Dia seorang pria, yang mungkin sudah cukup untuk disebut sekedar dewasa, meski menjadi tua dan dewasa itu hal yang berbeda. Di rumah yang dia tinggali tidak ada seorangpun selain dirinya, hal ini membuatnya nampak aneh, dari siapa dia ingin menyembunyikan tangisannya? Setiap hari setelah makan dia hanya bisa merenung ditemani cahaya lilin di tengah kamarnya. Bukan karena dia malas, tapi penyakit dan usia yang memangsa tubuhnya yang membuatnya tidak bisa melakukan apa- apa.

Saat merenung, dia hanya bisa mengenang saat- saat mudanya. Bisa dibilang ingatannya masih kuat jika dibanding teman seusianya, yang mungkin sudah lupa cara bernafas. Dia ingat saat masih memiliki segalanya, namun malangnya semua sudah berlalu darinya. Dia ingat saat dia masih memiliki harta, saat teman- temannya masih mau menemaninya untuk sekadar berkumpul, saat dia bilang “Semua, aku yang bayar” setiap kali mereka berkumpul dan minum dengan riangnya. Dia ingat saat dia masih merasakan cinta, wanita- wanita berkumpul untuk bersamanya entah hanya untuk semalam atau langganan tiap sabtu malam, mungkin sampai sekarang dia juga tidak bisa membedakan nafsu dan cinta. Dia juga ingat saat dia masih memiliki tenaga, berjoget tanpa kenal waktu dan lelah, dan berlari dengan sangat kencang tiap sirine polisi terdengar, juga memanjat ke jendela kamarnya sambil dia berharap orangtuanya menyangkanya telah terlelap. Ayah dan ibunya tahu dan mengenal dia, namun karena dia adalah putra tunggal kesayangan mereka, tak sampai hati untuk mereka memarahinya.

Pikirnya, saat itu dia akan bahagia selamanya. Pikirnya bisnis ayahnya akan terus ada sampai anak cucunya. Semua itu hanya ada dipikirannya. Semua berakhir dengan sebuah kecelakaan kecil, kecelakaan kecil yang mengambil ayah ibunya dari dunia. Sekarang dia hanya bisa menyesal, miskin ilmunya membuat perusahaan ayahnya bangkrut tanpa bekas. Kemalasannya membuat orang kepercayaan ayahnya berbalik darinya, dan kesombongannya membuat dia tak punya apa- apa dan siapa- siapa. Kalian pasti bisa menebak teman dan kekasih- kekasihnya menjauhinya saat dia kehilangan semua. Saat itu dia hanya bisa berharap semoga ayah ibunya di surga memaafkannya. Mungkin dia terus berkata Sang Pencipta jahat kepadanya, namun menurut kalian, benarkah? Yang pasti sekarang dia hanya bisa merenungi segalanya, karena semua sudah terlambat baginya.

Mungkin kalian berpikir ini hanya kisah yang dibuat sesedih mungkin. Entahlah, aku tidak tahu apa yang kalian pikirkan. Tapi menurut pria ini, jika dia kembali ke masa mudanya, dia berjanji akan berusaha sebaik- baiknya. Jujur saja jika benar terjadi demikian, aku cukup yakin pria ini tak bisa menepati janjinya.

Share jika Anda tertarik: